Selamat Datang di Blognya Para Perawat Narziz


Minggu, 10 Juli 2011

KONSEP KELUARGA

KONSEP KELUARGA


A.      Definisi Keluarga
1.        Duvall dan Logan ( 1986 )
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
2.        Bailon dan Maglaya ( 1978 )
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
3.        Reisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.
4.        Gillis (1983)
5.        Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti sebagaimana unit individu.
6.        Johnson’s (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan orang yang lainnya.
7.        Lancester dan Stanhope (1992)
Dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling menikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal dalam satu rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian tugas antara satu dengan yang lainnya.
8.        Jonasik and Green (1992)
Keluarga adalah sebuah sistem yang saling tergantung, yang mempunyai dua sifat (keanggotaan dalam keluarga dan berinteraksi dengan anggota yang lainnya).
9.        Bentler et. Al (1989)
Keluarga adalah sebuah kelompok sosial yang unik yang mempunyai kebersamaan seperti pertalian darah/ikatan keluarga, emosional, memberikan perhatian/asuhan, tujuan orientasi kepentingan dan memberikan asuhan untuk berkembang.
10.    National Center for Statistic (1990)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berhubungan dengan kelahiran, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu rumah.
11.    Spradley dan Allender (1996)
Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.
12.    BKKBN (1992)
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.
13.    Departemen Kesehatan RI ( 1988 )
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a.    Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
b.    Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
c.    Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
d.   Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

B.       Struktur Keluarga
1.        Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2.        Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3.        Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
4.        Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5.        Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:
1.        Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever.
Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:
a.         Karakteristik pengirim yang berfungsi
·           Yakin ketika menyampaikan pendapat
·           Jelas dan berkualitas
·           Meminta feedback
·           Menerima feedback
b.         Pengirim yang tidak berfungsi
·           Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif).
·           Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya).
·           Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel...”, ”kamu harus...”
·           Tidak mampu mengemukakan kebutuhan.
·           Komunikasi yang tidak sesuai.
c.         Karakteristik penerima yang berfungsi:
·           Mendengar
·           Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
·           Memvalidasi
d.        Penerima yang tidak berfungsi
·           Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
·           Diskualifikasi, contoh : ”iya dech.....tapi....”
·           Offensive (menyerang bersifat negatif)
·           Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
·           Kurang memvalidasi
e.         Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi
·           Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
·           Komunikasi terbuka dan jujur
·           Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
·           Konflik keluarga dan penyelesaiannya
f.          Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
·           Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)
·           Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
·           Kurang empati
·           Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
·           Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
·           Komunikasi tertutup
·           Bersifat negatif
·           Mengembangkan gosip

2.        Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
Perilaku peran
a.         Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b.         Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
c.         Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

3.        Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan:
a.         Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak).
b.         Referent power (seseorang yang ditiru).
c.         Resource or expert power (pendapat ahli).
d.        Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima).
e.         Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya).
f.          Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi).
g.         Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual).
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti:
Ø  Konsensus
Ø  Tawar menawar atau akomodasi
Ø  Kompromi atau de facto
Ø  Paksaan

4.        Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

C.      Ciri-Ciri Struktur Keluarga
1.        Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2.        Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3.        Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
Ciri-Ciri Keluarga Indonesia
1.        Suami sebagai pengambil keputusan
2.        Merupakan suatu kesatuan yang utuh
3.        Berbentuk monogram
4.        Bertanggung jawab
5.        Pengambil keputusan
6.        Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
7.        Ikatan kekeluargaan sangat erat
8.        Mempunyai semangat gotong-royong

D.      Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga
1.        Tradisional :
a.         The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b.         The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
c.         Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.
d.        The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e.         The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll).
f.          The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
g.         Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
h.         Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

i.           Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
j.           Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k.         The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati.

2.        Non-Tradisional :
a.         The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b.         The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
c.         Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
d.        The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e.         Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
f.          Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g.         Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h.         Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i.           Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j.           Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k.         Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

E.       Fungsi Keluarga
Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal.
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang.
Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.
Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:
Ø  Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.
Ø  Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
Ø  Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.
Ø  Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat.
Ø  Fungsi fisik
Memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

Fungsi keluarga menurut Allender (1998):
v  Affection
1)        Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan.
2)        Mengembangkan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual.
3)        Menambah anggota baru.
v  Security and acceptance
1)        Mempertahankan kebutuhan fisik.
2)        Menerima individu sebagai anggota.
v  Identity and satisfaction
1)        Mempertahankan motivasi.
2)        Mengembangkan peran dan self image.
3)        Mengidentifikasi tingkat sosial dan kepuasan aktivitas,
v  Affiliation and companionship
1)        Mengembangkan pola komunikasi.
2)        Mempertahankan hubungan yang harmonis.
v  Socialization
1)        Mengenal kultur (nilai dan perilaku).
2)        Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal.
3)        Melepas anggota.
v  Controls
1)        Mempertahankan kontrol sosial.
2)        Adanya pembagian kerja.
3)        Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada.

Fungsi keluarga menurut BKKBN (1992):
ü  Fungsi keagamaan : memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
ü  Fungsi sosial budaya : membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
ü  Fungsi cinta kasih : memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
ü  Fungsi melindungi : melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
ü  Fungsi reproduksi : meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga.
ü  Fungsi sosialisasi dan pendidikan : mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
ü  Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang.
ü  Fungsi pembinaan lingkungan.

Fungsi keluarga dengan usila:
Fungsi keluarga harus dimodifikasi untuk mengetahui kebutuhan yang spesifik pada usila dan memfokuskan pada:
·           Memperhatikan kebutuhan fisik secara penuh.
·           Memberikan kenyamanan dan support.
·           Mempertahankan hubungan dengan keluarga dan masyarakat.
·           Menanamkan perasaan pengertian hidup.
·           Manajemen krisis.

1.        Fungsi biologis :
a.         Meneruskan keturunan
b.         Memelihara dan membesarkan anak
c.         Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d.        Memelihara dan merawat anggota keluarga
2.        Fungsi Psikologis :
a.         Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b.         Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c.         Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d.        Memberikan identitas keluarga
3.        Fungsi sosialisasi :
a.         Membina sosialisasi pada anak
b.         Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c.         Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4.        Fungsi ekonomi :
a.         Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b.         Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c.         Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)
5.        Fungsi pendidikan :
a.         Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b.         Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c.         Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur:
1.        Struktur egalisasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi).
2.        Struktur yang hangat, menerima dan toleransi.
3.        Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty and authenticity).
4.        Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan.
5.        Struktur yang bebas : tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes).
6.        Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, kejam dan kasar).
7.        Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman).
8.        Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional).

F.       Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 199 :
1.        Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
a.         Membina hubungan intim yang memuaskan.
b.         Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
c.         Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2.        Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a.         Persiapan menjadi orang tua.
b.         Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga.
c.         Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3.        Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun :
a.         Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
b.         Membantu anak untuk bersosialisasi.
c.         Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi.
d.        Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e.         Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot).
f.          Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g.         Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4.        Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a.         Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b.         Mempertahankan keintiman pasangan
c.         Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5.        Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a.         Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
b.         Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
c.         Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d.        Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
6.        Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a.         Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b.         Mempertahankan keintiman pasangan
c.         Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
d.        Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e.         Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7.        Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a.         Mempertahankan kesehatan
b.         Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c.         Meningkatkan keakraban pasangan
8.        Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
a.         Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b.         Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
c.         Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d.        Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e.         Melakukan life review (merenungkan hidupnya)

G.      Perawatan Kesehatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.
Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1.        Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2.        Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.
3.        Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
4.        Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya.
5.        Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.

Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga:
1.        Tujuan umum :
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2.        Tujuan khusus :
a.         Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
b.         Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
c.         Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.
d.        Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
e.         Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.

Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman (1981) :
1.        Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga.
2.        Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3.        Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya yang terlalu muda.
4.        Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5.        Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

Peran Perawat Keluarga :
1.        Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a.         Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri.
b.         Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2.        Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3.        Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
4.        Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5.        Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
6.        Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
7.        Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).
8.        Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
9.        Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :
1.        Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
2.        Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama.
3.        Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
4.        Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
5.        Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
6.        Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
7.        Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
8.        Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
9.        Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah.
10.    Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar